Latest Entries »

 

Terumbu karang

Simbiosis mutualisme alga dengan terumbu karang di Pulau Endenbury

Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae. Terumbu karang termasuk dalam jenis filum Cnidaria kelas Anthozoa yang memiliki tentakel. Kelas Anthozoa tersebut terdiri dari dua Subkelas yaitu Hexacorallia (atau Zoantharia) dan Octocorallia, yang keduanya dibedakan secara asal-usul, Morfologi dan Fisiologi.

Koloni karang dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut Polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh Tentakel. Namun pada kebanyakan Spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni. Hewan ini memiliki bentuk unik dan warna beraneka rupa serta dapat menghasilkan CaCO3. Terumbu karang merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut, dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui.

Istilah

Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimentasi kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut. Bagi ahli geologi, terumbu karang merupakan struktur batuan sedimen dari kapur (kalsium karbonat) di dalam laut, atau disebut singkat dengan terumbu. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.

Dalam peristilahan ‘terumbu karang’, “karang” yang dimaksud adalah koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai pembentuk utama terumbu. Terumbu adalah batuan sedimen kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang.[5] Di Indonesia semua terumbu berasal dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral.[5] Kerangka karang mengalami erosi dan terakumulasi menempel di dasar terumbu.

Habitat

Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.

Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.

Kondisi optimum

Untuk dapat bertumbuh dan berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan yang jernih dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada penetrasi cahaya oleh terumbu karang.

Beberapa terumbu karang membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).

Fotosintesis

Proses fotosintesis oleh alga menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut

Ca(HCO3) CaCO3 + H2CO3 H2O + CO2

Fotosintesis oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik) dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.

Di Indonesia dan Indo Pasifik

Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia. Contohnya adalah ekosistem terumbu karang di perairan Maluku dan Nusa Tenggara.

Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska terdapat pada regional Indo-Pasifik yang terbentang mulai dari Indonesia sampai ke Polinesia dan Australia lalu ke bagian barat yaitu Samudera Pasifik sampai Afrika Timur.

Manfaat

karang sebagai tempat hidup ikan

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah

  • sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor kuning), batu karang,
  • pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya.
  • penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya.

Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

Klasifikasi

Berdasarkan kemampuan memproduksi kapur

Karang hermatipik

Karang hermatifik adalah karang yang dapat membentuk bangunan karang yang dikenal menghasilkan terumbu dan penyebarannya hanya ditemukan di daerah tropis.

Karang hermatipik bersimbiosis mutualisme dengan zooxanthellae, yaitu sejenis algae uniseluler (Dinoflagellata unisuler), seperti Gymnodinium microadriatum, yang terdapat di jaringan-jaringan polip binatang karang dan melaksanakan Fotosintesis. Dalam simbiosis, zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat dan karbon dioksida untuk keperluan hidup zooxanthellae. Hasil samping dari aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya khas. Ciri ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis atau spesies binatang karang.

Karang hermatipik mempunyai sifat yang unik yaitu perpaduan antara sifat hewan dan tumbuhan sehingga arah pertumbuhannya selalu bersifat Fototropik positif. Umumnya jenis karang ini hidup di perairan pantai /laut yang cukup dangkal dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan tersebut. Disamping itu untuk hidup binatang karang membutuhkan suhu air yang hangat berkisar antara 25-32 °C.

Karang ahermatipik

Karang ahermatipik tidak menghasilkan terumbu dan ini merupakan kelompok yang tersebar luas diseluruh dunia.

Berdasarkan bentuk dan tempat tumbuh

Terumbu (reef)

Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain, seperti alga berkapur, yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan Mollusca. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batuan kapur (termasuk karang yang masuh hidup)di laut dangkal.

Karang (koral)

Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Karang batu termasuk ke dalam Kelas Anthozoa yaitu anggota Filum Coelenterata yang hanya mempunyai stadium polip. Dalam proses pembentukan terumbu karang maka karang batu (Scleratina) merupakan penyusun yang paling penting atau hewan karang pembangun terumbu. Karang adalah hewan klonal yang tersusun atas puluhan atau jutaan individu yang disebut polip. Contoh makhluk klonal adalah tebu atau bambu yang terdiri atas banyak ruas.

Karang terumbu

Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang yang menghasilkan kapur. Karang terumbu berbeda dari karang lunak yang tidak menghasilkan kapur, berbeda dengan batu karang (rock) yang merupakan batu cadas atau batuan vulkanik.

Terumbu karang

Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis­-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis­-jenis moluska, Krustasea, Echinodermata, Polikhaeta, Porifera, dan Tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis Plankton dan jenis-jenis nekton.

Berdasarkan letak

Terumbu karang tepi

Terumbu karang tepi atau karang penerus atau fringing reefs adalah jenis terumbu karang paling sederhana dan paling banyak ditemui di pinggir pantai yang terletak di daerah tropis. Terumbu karang tepi berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal.

Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

Terumbu karang penghalang

Secara umum, terumbu karang penghalang atau barrier reefs menyerupai terumbu karang tepi, hanya saja jenis ini hidup lebih jauh dari pinggir pantai. Terumbu karang ini terletak sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.

Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

Terumbu karang cincin

atolls

Terumbu karang cincin atau attols merupakan terumbu karang yang berbentuk cincin dan berukuran sangat besar menyerupai pulau. Atol banyak ditemukan pada daerah tropis di Samudra Atlantik. Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

Terumbu karang datar

Terumbu karang datar atau gosong terumbu (patch reefs), kadang-kadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal.

Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)

Berdasarkan zonasi

Terumbu yang menghadap angin

Terumbu yang menghadap angin (dalam bahasa Inggris: Windward reef) Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di lereng terumbu, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.

Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu, di bagian atas teras terumbu terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu yang sangat dangkal.

Terumbu yang membelakangi angin

Terumbu yang membelakangi angin (Leeward reef) merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.

Kerusakan terumbu karang

Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami. Meskipun faktanya kuantitas perdagangan terumbu karang telah dibatasi oleh Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), laju eksploitasi terumbu karang masih tinggi karena buruknya sistem penanganannya.

Beberapa aktivitas manusia yang dapat merusak terumbu karang

  • membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut
  • membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
  • pemborosan air, semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan dibuang ke laut.
  • pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga.
  • Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.
  • terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella.
  • penambangan
  • pembangunan pemukiman
  • reklamasi pantai
  • polusi
  • penangkapan ikan dengan cara yang salah, seperti pemakaian bom ikan

Tentang Terumbu Karang

Terumbu karang di dunia diperkirakan mencapai 284,300 km2. Terumbu karang dan ekosistem lain yang terkait, seperti padang lamun, rumput laut dan mangove adalah ekosistem laut terkaya di dunia. Wilayah Indonesia mempunyai sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan).

Terumbu karang di Indonesia memberikan keuntungan pendapatan sebesar US$1,6 milyar/tahun. Nilai keseluruhan pelayanan dan sumber dayanya sendiri diperkirakan mencapai setidaknya US$ 61,9 milyar/tahun.

Terumbu karang adalah struktur hidup yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai ke kondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya, terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa mm saja per tahunnya. Yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Terdapat ribuan spesies yang hidup di kawasan terumbu karang. Namun hanya sebagian yang menghasilkan kalsium karbonat pembentuk terumbu. Organisme pembentuk terumbu yang terpenting adalah hewan karang.

Karang adalah bentukan hewan kecil yang hidup dalam semacam cawan yang terbentuk dari kalsium karbonat (lihat gambar) yang biasa disebut polip karang. Jutaan polip-polip ini membentuk struktur dasar dari terumbu karang.

Hewan karang hidup bersimbiosis dengan alga bersel satu yang disebut zooxanthellae. Zooxanthellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat dan kuning, yang dinyatakan sebagai Symbiodinium microadriaticum. Alga ini juga hidup bersimbiosis dengan hewan-hewan lain di terumbu karang, seperti, kima raksasa (Tridacna spp), anemon laut dan coelenterata lainnya.

Hewan karang mempunyai tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai sumber makanannya, Namun, sumber nutrisi utama hewan karang sebenarnya berasal dari proses fotosintesa zooxanthellae (hampir 98%). Selain itu, zooxanthellae memberi warna pada hewan karang yang sebenarnya hampir transparan. Timbal baliknya, karang menyediakan tempat tinggal dan berlindung bagi sang alga.

Kondisi favorit untuk pertumbuhan optimal terumbu karang

Terumbu karang dapat tumbuh dengan baik di perairan laut dengan suhu 21° – 29° C. Masih dapat tumbuh pada suhu diatas dan dibawah kisaran suhu tersebut, tetapi pertumbuhannya akan sangat lambat. Itulah sebabnya terumbu karang banyak ditemukan di perairan tropis seperti Indonesia dan juga di daerah sub tropis yang dilewari aliran arus hangat dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang.

Karang membutuhkan perairan dangkal dan bersih yang dapat ditembus cahaya matahari yang digunakan oleh zooxanthellae untuk berfotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman iebih dari 90 m.

Karang memerlukan salinitas yang tinggi untuk tumbuh, oleh karena itu, di sekitar mulut sungai atau pantai atau sekitar pemukiman penduduk akan lambat karena karang membutuhkan perairan yang kadar garamnya sesuai untuk hidup.

Penyebaran Terumbu Karang

Sebagian besar terumbu karang dunia (55%) terdapat Indonesia, Pilipina, Australia Utara dan Kepulauan Pasifik, 30% di Lautan Hindia dan Laut Merah. 14% di Karibia dan 1% di Atlantik Utara.

Terumbu karang Indonesia yang mencapai 60.000 km2 luasnya, sebagian besar berada di Indonesia bagian tengah, Sulawesi, Bali dan Lombok, Papua, Pulau Jawa, Kepulauan Riau dan pantai Barat serta ujung barat daya Pulau Sumatera.

Fungsi Terumbu Karang

  • Pelindung ekosistem pantai
    Terumbu karang akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
  • Rumah bagi banyak jenis mahluk hidup di laut
    Terumbu karang bagaikan oase di padang pasir untuk lautan. Karenanya banyak hewan dan tanaman yang berkumpul di sini untuk mencari makan, memijah, membesarkan anaknya, dan berlindung. Bagi manusia, ini artinya terumbu karng mempunyai potensial perikanan yang sangat besar, baik untuk sumber makanan maupun mata pencaharian mereka. Diperkirakan, terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahunnya. Sekitar 500 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang, termasuk didalamnya 30 juta yang bergantung secara total  pada terumbu karang sebagai penhidupan.
  • Sumber obat-obatan
    Pada terumbu karang banyak terdapat bahan-bahan kimia yang diperkirakan bisa menjadi obat bagi manusia. Saat ini banyak penelitian mengenai bahan-bahan kimia tersebut untuk dipergunakan untuk mengobati berbagai manusia.
  • Objek wisata
    Terumbu karang yang bagus akan menarik minat wisatawan sehingga meyediakan alternatif pendapatan bagi masyarakat sekitar. Diperkirakan sekitra 20 juta penyelam , menyelam dan menikmati terumbu karang per tahun.
  • Daerah Penelitian
    Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahui ‘misteri’ laut tersebut.
  • Mempunyai nilai spiritual
    Bagi banyak masyarakat, laut adalah daerah spiritual yang sangat penting, Laut yang terjaga karena terumbu karang yang baik tentunya mendukung kekayaan spiritual ini.

Kondisi terumbu karang

Namun sayangnya laporan Reef at Risk (2002) menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan status terumbu karang yang paling terancam. Selama 50 tahun terakhir, proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50%. Lebih lanjut, hasil survey P2O LIPI (2006) menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik.

Laporan status terumbu karang dunia yang dikeluarkan Global Coral Reef Monitoring Network (GCRMN) menyebutkan bahwa dalam selama 2004 hingga 2008 luasan area terumbu karang semakin menurun. Dalam periode 2004 hingga 2008, 19% luasan terumbu karang dunia telah hilang, 15% terancam hilang 10-20 tahun kedepan dan 20% luasan terancam hilang 20-40 tahun mendatang. Di Indonesia sendiri 34% berada dalam kondisi sangat buruk 42% agak baik sedang hanya 21% dalam kondisi sehat dan 3 % sangat sehat

Ancaman Terhadap Terumbu Karang

Ancaman utama yang tercatat adalah: pembangunan daerah pesisir, polusi laut, sedimentasi dan pencemaran dari darat, overfishing (penangkapan sumberdaya berlebih), destruktif fishing (penangkapan ikan dengan cara merusak), dan pemutihan karang ( coral bleaching ) akibat pemanasan global.

Dalam beberapa tahun terakhir tekanan terhadap terumbu karang semakin bervariasi dan juga semakin meningkat secara kuantitas maupun kualitas. Kejadian gempa bumi yang melanda lautan Indonesia pada 2004 juga mengakibatkan kerusakan pada terumbu namun tidak dapat dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh manusia. Dampak langsung dari perubahan iklim juga semakin banyak terjadi pada banyak terumbu karang. Dari analisis diperkirakan pada 2015, sekitar 50% populasi dunia hidup di sepanjang pesisir, sebuah bahaya yang sangat besar terhadap masa depan terumbu karang. Peningkatan kebutuhan pangan, komersialisasi aktifitas perikanan, dan krisis ekonomi global akan berujung pada penangkapan berlebih dan penurunan stok perikanan terutama di negara-negara miskin.

Untuk mengatasi tantangan ini, kita semua perlu bekerja bersama. Dan terlibat dalam konservasi bisa dimulai dari hal yang sangat mudah, dan tidak njelimet. Mulai dari hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan sendiri, bergabung dengan gerakan-gerakan sukarela, atau dengan terlibat langsung di kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan konservasi

Banyak juga sebenarnya inisiatif dan upaya-upaya yang cukup komprehensif untuk konservasi, yang sudah dilakukan banyak pihak yang bisa menginspirasi kita semua.

Tapi intinya, kita harus berkerja sama untuk terumbu karang dan masa depan yang lebih baik…..

Yuuukkkk…

What can we do?

Berikut, tips sederhana untuk bisa membantu mengkonservasi terumbu karang dengan sederhana:

  • Terapkan prinsip 3 R (reduce-reuse-recycle) dan hemat energi. Terumbu karang adalah ekosistem yang sangat peka terhadap perubahan iklim. Kenaikan suhu sedikit saja dapat memicu pemutihan karang (coral bleaching). Mass coral bleaching dapat diikuti oleh kematian massal terumbu karang, seperti yang terjadi di hampir seluruh kawasan tropis 97-98, di Australia, 2002, dan di Karibia, 2006. Kejadian coral bleaching terbaru tahun 2010 melanda banyak sekali lokasi di Indonesia (laporan kejadian coral bleaching 2010) Jadi apapun yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak global warming, akan sangat membantu terumbu karang.
  • Buang sampah pada tempatnya. Hewan laut sering terkait pada sampah-sampah sehingga mengganggu gerakannya. Sampah plastik yang transparan banyak dibuktikan termakan oleh penyu karena tampak seperti ubur-ubur. Sampah plastik ini akan mengganggu pencernaanya. Dibanyak lokasi terumbu juga dijumpai karang dan biota laut lainnya yang bersifat bentik, sessile (tidak dapat berpindah) yang mati akibat tertutup lembaran-lembaran plastik. Ingat,plastik tidak hancur dalam satu malam saja!
  • Apabila Anda berlibur, pilih dan pastikan operator/agen/tour Anda menerapkan prinsip ramah lingkungan.
  • Bergabung dengan jejaring informasi , milist-milist lingkungan, berbagi ilmu, informasi, pendapat, dan saling berdiskusi, ajak orang lain untuk terlibat, membangun trend dan gerakan, GAYA HIDUP yang ramah lingkungan.
  • Bergabung dengan gerakan-gerakan sukarelawan, atau terlibat aktif dalam kegiatan pelestarian lingkungan. Ada berbagai kegiatan yang bisa rekan-rekan ikuti, seperti jaringan sukarelawan survei terumbu karang (JKRI), trip-trip penelitian, reboisasi, magang di lembaga pelestarian lingkungan dan lain-lainnya.

Berkenalan dengan Terumbu Karang Indonesia

Posted on 21 Juli 2009 by alamendah

Raja Ampat ReefTerumbu karang (coral reef) di Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Diperkirakan dari total luas terumbu karang di dunia yang mencapai 284.300 km2, 18 % (85.200 km2) diantaranya berada di wilayah Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan Indonesia yang sebagai negara maritim terbesar di dunia yang memiliki perairan seluas 93 ribu km2. Terumbu karang Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udang-udangan. Sejauh ini telah tercatat lebih dari 750 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga terdapat di Indonesia.

Terumbu karang Indonesia juga termasuk dalam wilayah segitiga karang dunia (coral triangel) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Segitiga karang meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon. Jika ditarik garis batas yang melingkupi wilayah terumbu karang di ke-6 negara tersebut maka akan menyerupai segitiga. Itu sebabnya wilayah tersebut disebut sebagai segitiga karang dunia (coral triangle). Total luas terumbu karang di coral triangle sekitar 75.000 Km2.

Kawasan di Indonesia yang memiliki terumbu karang yang cukup baik diantaranya adalah Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat. Berdasarkan sebuah kajian ekologi yang dipimpin oleh The Nature Conservancy (TNC) dengan melibatkan para ahli terumbu karang dan ikan dunia pada tahun 2002, ditemukan sekitar 537 jenis karang dan 1074 jenis ikan di kepulauan Raja Ampat. Ini berarti Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan dengan jumlah jenis terumbu karang tertinggi di dunia.

Jumlah jenis terumbu karang di Raja Ampat tersebut merupakan 75% dari seluruh jenis terumbu karang dunia yang pernah ditemukan. Walaupun kepulauan Carribean di Amerika tengah dan Great Barrier Reef Marine Park di Australia sangat terkenal, kedua kawasan tersebut hanya memiliki sekitar 400 jenis karang.

Beberapa kepulauan di Indonesia yang lain juga memiliki jenis karang cukup tinggi.  Seperti di Kepulauan Derawan, Kaltim (444 jenis karang), Pulau Banda (330 jenis). Juga di Nusa Penida (Bali) , Komodo (NTT), Bunaken (Sulut), Kepulauan Wakatobi (Sultra), dan Teluk Cendrawasih (Papua).

Terumbu karang sendiri mempunyai fungsi dan manfaat serta arti yang amat penting bagi kehidupan manusia baik segi ekonomi maupun sebagai penunjang kegiatan pariwisata. Manfaat tersebut antara lain:

  • Proses kehidupan yang memerlukan waktu yang sangat lama untuk tumbuh dan berkembang biak untuk membentuk seperti kondisi saat ini.
  • Tempat tinggal, berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan dan tumbuhan yang menjadi tumpuan kita.
  • Sumberdaya laut yang mempunyai nilai potensi ekonomi yang sangat tinggi.
  • Sebagai laboratorium alam untuk penunjang pendidikan dan penelitian.
  • Terumbu karang merupakan habitat bagi sejumlah spesies yang terancam punah seperti kima raksasa dan penyu laut.
  • Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan magrove.
  • Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai jenis ikan karang menjadi komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 – 10 ton ikan per kilometer persegi pertahun.
  • Keindahan terumbu karang sangat potensial untk wisata bahari. Masyarakat disekitar terumbu karang dapat memanfaatkan hal ini dengan mendirikan pusat-pusat penyelaman, restoran, penginapan sehingga pendapatan mereka bertambah.

Namun yang patut disayangkan, ternyata hanya sekitar 30% saja terumbu karang di Indonesia yang masih bagus kondisinya. Menurut studi yang dilakukan oleh COREMAP (2000), menyimpulkan bahwa kondisi terumbu karang Indonesia yang masih “sangat bagus” hanya 6,1% dan yang berstatus “bagus” hanya 22,68%. Selebihnya dalam kondisi Rusak (31,46%) dan rusak berat (39,76 %).

kerusakan terumbu karangSenada, Wilkinson, ahli terumbu karang dunia, menyatakan bahwa sekitar 40 % terumbu karang Indonesia berstatus “rusak berat” dan hanya 29 % yang kondisinya “bagus” hingga “sangat bagus”. Pun demikian menurut Suharsono yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI dan mulai memantau kondisi terumbu karang di 73 daerah dengan 841 stasiun dari Sabang hingga Kepulauan Padaido, Irian Jaya Barat sejak 1993 sampai 2007. Hasilnya menunjukkan kondisi terumbu karang di Tanah Air pada akhir 2006, 5,2 persen dalam kondisi sangat baik, 24,2 persen dalam kondisi baik, 37,3 persen dalam kondisi sedang dan 33,1 persen dalam kondisi buruk.

Kerusakan terumbu karang ini sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia diantaranya adalah penangkapan ikan dengan racun dan bom, pengambilan karang, sendimentasi yang diakibatkan oleh penebangan hutan dan pembangunan kota serta over fishing.

Selain itu, kerusakan terumbu karang juga diakibatkan oleh pemanasan global yang berakibat pada peningkatan keasaman kondisi samudra dan pemanasan temperatur.

Melihat fungsi penting terumbu karang bagi kehidupan manusia, maka pada pertemuan APEC di Sydney tahun 2007, Presiden Republik Indonesia – Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan perlindungan terhadap terumbu karang di kawasan segitiga karang dunia bersama 6 negara coral triangle lainnya (CT6). Inisiatif CT6 untuk melindungi terumbu karang di coral triangle disebut Coral Triangle Initiative (CTI). Inisiatif ini mendapat banyak dukungan dari negara maju seperti Amerika dan Australia.

 

 

 

Laut

Matahari di atas laut

Laut atau bahari adalah kumpulan air asin yang luas dan berhubungan dengan samudra.

Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.

Sejarah

Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100 °C) karena panasnya Bumi pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida. Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan dan menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam Bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau tinggi/besar sekali tingginya karena jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi.

Awal mula

Menurut para ahli, awal mula laut terdiri dari berbagai versi; salah satu versi yang cukup terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap air di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah lautan.

Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya, langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut semakin asin.

Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi.

Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian teori ini masih merupakan perdebatan hingga saat ini.

Pada hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut. Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan.

Panas magma bermanfaat bagi kehidupan bawah laut

Panas magma bermanfaat bagi kehidupan bawah laut

Peneliti menemukan bahwa magma dapat membantu kelangsungan hidup ekosistem laut. Sebab, magma dapat memompa sejumlah besar gas rumah kaca yang memerangkap panas di dalam lautan. Panas akan menghasilkan iklim yang berpeluang bagi ekosistem bawah laut sehingga potensial menjadi habitat spesies-spesies baru.

Pakar geofisika Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts, Daniel Lizarralde menjelaskan, beberapa spesies memiliki keunikan beradaptasi pada suhu. “Jadi ini bisa jadi merupakan jenis ekosistem berbeda,” katanya.

Melalui foto dan data seismik dari basin (cekungan lembah sungai) Guayma di Teluk California, ditemukan magma panas mengaliri lumpur di dasar laut hingga 48 kilometer, pada kedua sisi retakan sepanjang 55 kilometer.

Analisis memberi gambaran sebagai berikut. Aliran magma mempertahankan suhu air laut dan mencegah pengerasan batu karang. Batu karang yang mencair (molten rock) ini kemudian menghangatkan lumpur dasar laut, serta melepaskan gas karbondioksida dan metana. Gas metana ini pula lah yang mendukung kelangsungan hidup kelompok bakteri dan lain-lain.

Kemungkinan ada cukup banyak tempat seperti cekungan Guayma di seluruh dunia, antara lain Laut China Selatan, Laut Filiphina, Laut Merah, Laut Aegea, dan Lau Basin di Kepulauan Tonga (sebelah Barat Daya Pasifik).

“Relatif secara keseluruhan, cekungan-cekungan itu mungkin meluas sampai ribuan mil dan melepaskan karbon ribuan kali lebih banyak dari yang kita temukan di Guayma,” terang Lizarralde.

 

Sungai

Kebanyakan pinggir sungai di Jepang dipakai untuk tempat bermain, rekreasi dan pesta akhir pekan

Sungai merupakan jalan air alami. mengalir menuju Samudera, Danau atau laut, atau ke sungai yang lain.

Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).

Ditinjau dari konsep ekohidrologi pada kesepakatan dunia pada KTT Bumi (Earth Summit) di Johannesburg pada September 2002 sodetan sungai (river diversion) digolongkan sebagai pembangunan berkelanjutan.

Jenis sungai

Sungai menurut jumlah airnya dibedakan :

  1. sungai permanen – yaitu sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
  2. sungai periodik – yaitu sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
  3. sungai intermittent atau sungai episodik – yaitu sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
  4. sungai ephemeral – yaitu sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.

Sungai menurut genetiknya dibedakan :

  1. sungai konsekwen yaitu sungai yang arah alirannya searah dengan kemiringan lereng
  2. sungai subsekwen yaitu sungai yang aliran airnya tegak lurus dengan sungai konsekwen
  3. sungai obsekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya berlawanan arah dengan sungai konsekwen
  4. sungai insekwen yaitu sungai yang alirannya tidak teratur atau terikat oleh lereng daratan
  5. sungai resekwen yaitu anak sungai subsekwen yang alirannya searah dengan sungai konsekwen

Manajemen Sungai

Sungai seringkali dikendalikan atau dikontrol supaya lebih bermanfaat atau mengurangi dampak negatifnya terhadap kegiatan manusia.

  1. Bendung dan Bendungan dibangun untuk mengontrol aliran, menyimpan air atau menghasilkan energi.
  2. Tanggul dibuat untuk mencegah sungai mengalir melampaui batas dataran banjirnya.
  3. Kanal-kanal dibuat untuk menghubungkan sungai-sungai untuk mentransfer air maupun navigasi
  4. Badan sungai dapat dimodifikasi untuk meningkatkan navigasi atau diluruskan untuk meningkatkan rerata aliran.

Manajemen sungai merupakan aktivitas yang berkelanjutan karena sungai cenderung untuk mengulangi kembali modifikasi buatan manusia. Saluran yang dikeruk akan kembali mendangkal, mekanisme pintu air akan memburuk seiring waktu berjalan, tanggul-tanggul dan bendungan sangat mungkin mengalami rembesan atau kegagalan yang dahsyat akibatnya. Keuntungan yang dicari dalam manajemen sungai seringkali “impas” bila dibandingkan dengan biaya-biaya sosial ekonomis yang dikeluarkan dalam mitigasi efek buruk dari manajemen yang bersangkutan. Sebagai contoh, di beberapa bagian negara berkembang, sungai telah dikungkung dalam kanal-kanal sehingga dataran banjir yang datar dapat bebas dan dikembangkan. Banjir dapat menggenangi pola pembangunan tersebut sehingga dibutuhkan biaya tinggi dan seringkali makan korban jiwa.

Banyak sungai kini semakin dikembangkan sebagai wahana konservasi habitat, karena sungai termasuk penting untuk berbagai tanaman air, ikan-ikan yang bermigrasi, menetap, dan budidaya tambak, burung-burung, serta beberapa jenis mamalia.a

Nama-nama daerah

Sungai disebut dalam beragam istilah di alamtologi Indonesia:

Sungai Mahakam

Mahakam
ﻤﺎﻫﻜﺎﻡ
Peta DAS Mahakam

Peta DAS Mahakam

Mata air
Mulut sungai Selat Makassar
Negara DAS Indonesia
Panjang 920 km
Ketinggian mata air
Luahan rata-rata
Wilayah DAS

Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir. Di sungai hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut Mahakam.

Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.

Anak sungai

Aktivitas di sungai Mahakam yang masih menjadi prasarana transportasi utama di Kalimantan Timur

Sungai Mahakam memiliki beberapa anak sungai, di antaranya:

  • Sungai Belayan
  • Sungai Lawa
  • Sungai Kedang Kepala
  • Sungai Telen
  • Sungai Tenggarong
  • Sungai Karang Mumus

Geologi

Kalimantan merupakan bagian dari Paparan Sunda (Sunda Plate). Pulau ini memiliki rangkaian pegunungan di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia tetapi di pulau ini hampir tidak ada aktivitas vulkanik. Sungai Mahakam berawal dari Gunung Cemaru (1,681 m) di bagian tengah Pulau Kalimantan, kemudian memotong satuan pra-tersier di sebelah timur Gunung Batuayan (1,652 m) dan kemudian berakhir di lembah tesier Kutai (Kutai basin)[1]. Bagian tengah daerah pengalirannya melewati dataran rendah dengan danau-danau berhutan rawa. Di bagian tengah ini daerah aliran Sungai Mahakam dipisahkan dengan daerah aliran sungai Barito di sebelahnya oleh perbukitan yang tingginya kurang dari 500m. Setelah daerah tersebut Sungai Mahakam memotong antiklin Samarinda dan mengalir ke Delta Mahakam yang menyerupai kipas yang membentang pada landas laut dengan basis sekitar 65 km dan radius sekitar 30 km[2].

Pada Atlas Kalimantan Timur (Voss, 1983)[3] digambarkan bahwa di sebelah hulu dari Long Iram (daerah aliran dungai Mahakam bagian hulu) sungai ini mengalir pada batuan tersier (tertiary rocks). Antara Long Iram dan Muara Kaman (daerah aliran sungai bagian tengah) sungai ini mengalir pada batuan alluvium kuarter (quaternary alluvium), sementara diantara Muara Kaman hingga ke hilir termasuk di Delta Mahakam, kembali ditemukan batuan tersier.

Iklim

Daerah aliran Sungai Mahakam terletak di sekitar garis katulistiwa. Menurut klasifikasi iklim Koppen (Köppen climate classification), daerah ini memiliki tipe Af (hutan hujan tropis) dengan suhu terendah ≥18oC dan curah hujan pada bulan terkering pada tahun normal ≥60 mm[4] Transfer massa dan energi di daerah tropis terjadi melalui sirkulasi udara umum (general air circulation) yang dikenal sebagai sel Hadley (Hadley cell). Pola hujan pada daerah tropis ini ditentukan oleh pola angin atmosferik skala besar yang dapat diamati dengan beberapa cara di atmosfer. Sirkulasi ini membawa kelembaban ke udara, menyebabkan hujan di daerah sekitar katulistiwa, sementara pada tepi sabuk tropis lebih kering [5]. Dalam sirkulasi ini, evaporasi berlangsung secara intensif di sekitar katulistiwa pada pusat tekanan rendah yang disebut zona konvergensi antar tropic (Intertropical Convergence Zone|ITCZ), ditandai dengan akumulasi awan di daerah ini. ITCZ bergerak/berpindah seiring dengan gerak semu matahari diantara zona garis lintang 23.5oUtara dan 23.5oSelatan, sehingga posisinya selalu berubah sesuai gerak semu ini.

ITCZ menyebabkan adanya fenomena muson (monsoon) Indo-Australia yang mempengaruhi iklim regional climate termasuk di daerah aliran sungai Mahakam. Pada bulan-bulan Desember, Januari, Februari (musim dingin di belahan bumi utara) konsentrasi tekanan tinggi di Asia dan tekanan rendah di Australia menyebabkan angina berhembusnya angin Barat (angina muson Barat). Pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus konsentrasi tekanan rendah di Asia (musim panas di belahan bumi utara) dan konsentrasi tekanan tinggi di Australia menyebabkan angin Timur bertiup di Indonesia (angin muson Timur). Sirkulasi udara global dan iklim regional diatas menyebabkan daerah aliran sungai Mahakam yang terletak di sekita garis katulistiwa memiliki pola hujan dengan dua puncak curah hujan (bimodal) yang umumnya terjadi pada bulan Desember dan Mei. Hal ini karena ITCZ melewati katulistiwa dua kali dalam setahun, dari belahan bumi utara pada bulan September dan dari belahan bumi selatan pada bulan Maret.

Ekologi

Nepenthes, ataukantong semar, jenis tumbuhan pemakan serangga yang ditemukan di daerah gambut Mahakam

Nipah di delta Mahakam

Mahakam dan sepanjang daerah aliran sungainya memiliki nilai ekologis penting. Sebanyak 147 spesies ikan asli Mahakam telah teridentifikasi.[6] Mahakam juga merupakan habitat lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris; atau Pesut) yang merupakan spesies yang terancam punah yang dimasukkan pada Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).[2] Daerah aliran Sungai Mahakam juga merupakan habitat dan tempat berkembang biak sekitar 298 spesies burung, 70 diantaranya dilindungi dan lima spesies endemik yaitu: Borneo Dusky Mannikin (Lonchura fuscans), Borneo Whistler (Pachycephala hypoxantha), Bornean Peacock-pheasant (Polyplectron schleiermacheri), Bornean Blue-flycatcher (Cyornis superbus) dan Bornean Bristlehead (Pityriasis gymnocephala).[3]

Sebuah kelompok penelitian ([4]): “Upsetting the balance in the Mahakam Delta: past, present and future impacts of sea-level rise, climate change, upstream controls and human intervention on sediment and mangrove dynamics” melakukan penelitian secara luas di Mahakam. Kelompok penelitian ini betujuan untuk mempelajari factor-faktor eksternal seperti kenaikan muka air laut, perubahan iklim, sedimen dari hulu dan pengaruh manusia terhadap pekembangan delta Mahakam di masa lalu, saat ini, dan di masa yang akan datang dalam berbagai skala waktu.

Danau-danau Mahakam

Danau Melintang di Teluk Tuk

Terdapat sekitar 76 danau tersebar di daerah aliran Sungai Mahakam dan sekitar 30 danau terletak di daerah Mahakam bagian tengah termasung tiga danu utamanya (danau Jempang 15,000 Ha; Danau Semayang 13,000 Ha; Danau Melintang 11,000 Ha)[7]. Tinggi muka air danau danau ini berfluktuasi sesuai musim dari 0.5m – 1m selama musim kering hingga tujuh meter pada musim hujan. Danau-danau di Mahakam dan sekitarnya berperan sebagai perangkap sedimen yang terkandung dalam air yang mengalir ke danau-danau tersebut yang diketahui semakin dangkal pada saat ini, kemungkinan disebabkan oleh ketidakseimbangan masukan sedimen yang berasal dari daerah tangkapannya.[5]

Aspek Sosial

Ponton pengangkut batu bara di Sungai Mahakam

Sungai Mahakam merupakan sumber penghidupan bagi penduduk, terutama nelayan dan petani, sebagai sumber air, dan prasarana transportasi sejak dulu hingga sekarang. Di lembah sungai inilah tempat berkembangnya kerajaan Kutai. Sejarah Kutai terbagi dalam dua periode yaitu Kutai Martadipura (sekitar tahun 350-400) dan Kutai Kartanegara (sekitar tahun 1300). Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu yang didirikan oleh Mulawarman sebagai raja pertamanya di Muara Kaman, yang tercatat sebagai kerajaan tertua di Indonesia.[8] Kutai Kartanegara didirikan oleh pemukim dari Jawa di Kutai Lama di dekat muara Sungai Mahakam. Pada sekitar tahun 1565, Islam menyebar secara luas di Kutai Kartanegara terutama atas usaha ulama yang berasal dari Jawa, Tunggang Parangan dan Ri Bandang.[9]

Suku Dayak merupakan suku asli Kalimantan disamping suku Kutai dan Banjar. Sejak sekitar tahun 1970-an program transmigrasi dimulai di Kalimantan Timur terutama berlokasi dekat Sungai Mahakam. Transmigrasi bertujuan untuk memindahkan penduduk dari pulau-pulau berpeduduk padat, Java, Bali, dan Madura, untuk miningkatkan produksi pertanian di luar pulau tersebut. Hingga tahun 1973, sekitar 26% daerah pertanian di Kalimantan Timur digarap oleh transmigran.[10]

Sebagai tambahan, sungai Mahakam juga memiliki karakter unik. Kebanyakan permukiman berada di muara sungai. Ada tiga pembagian nama untuk muara ini.

Mulai Samarinda sampai Kukar, disebut dengan istilah “Loa”. Sebut saja, Loa Janan, Loa Bakung, Loa Kulu, dan Loa Buah. Berikutnya, giliran “muara” dari pertengahan Kukar hingga Kubar. Seperti Muara Kaman, Muara Muntai, Muara Wis, dan Muara Pahu. Di bagian hulu Kubar, namanya menjadi “Long”, seperti Long Bagun, Long Pahangai dan Long Apari. Baik Loa, Muara, dan Long, semuanya berarti muara[11].

Jembatan

Sungai terpanjang di Kalimantan Timur ini memiliki beberapa jembatan penghubung diantaranya:

  1. Jembatan Mahakam terletak di kota Samarinda selesai dibangun pada 1987
  2. Jembatan Kutai Kartanegara yang sebelumnya juga disebut Jembatan Mahakam 2, mulai dibangun pada 1997 dan selesai dibangun pada tahun 2001 menghubungkan kecamatan Tenggarong dengan kecamatan Tenggarong Seberang di kabupaten Kutai Kartanegara
  3. Jembatan Martadipura di desa Liang, kecamatan Kota Bangun, kabupaten Kutai Kartanegara yang dibangun mulai tahun 2001 dan selesai pada tahun 2004
  4. Jembatan Mahakam Ulu yang selesai dibangun pada tahun 2008 menghubungkan kota Samarinda di bagian hulu, merupakan jembatan kedua di kota Samarinda

Selain itu juga sedang dibangun Jembatan Mahkota II yang menghubungkan kota Samarinda di bagian hilir dan jembatan kedua di kecamatan Kota Bangun.

Pantai Indonesia

 

 

 

 

 

 

Pantai adalah sebuah bentuk geografis yang terdiri dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan perairan laut. Panjang garis pantai ini diukur mengeliling seluruh pantai yang merupakan daerah teritorial suatu negara.

Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis pantai Indonesia tercatat sebesar 81.000 km.

Garis pantai

Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan pada saat terjadi air laut pasang tertinggi. Garis laut dapat berubah karena adanya abrasi, yaitu pengikisan pantai oleh hantaman gelombang laut yang menyebabkan berkurangnya areal daratan.

Ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan dalam mengamankan garis pantai seperti pemecah gelombang dan pengembangan vegetasi di pantai.

Untuk mengatasi abrasi/penggerusan garis pantai dari gelombang/ombak dapat digunakan pemecah gelombang yang berfungsi untuk memantulkan kembali energi gelombang. Berbagai cara yang ditempuh untuk memecahkan gelombang diantaranya dengan menggunakan tumpukan tetrapod yang terbuat dari beton pada jarak tertentu dari garis pantai.

Hutan bakau dapat membantu mengatasi gelombang serta sekaligus bermanfaat untuk kehidupan binatang serta tempat berkembang biak ikan-ikan tertentu. Hutan bakau disebagian besar pantai Utara sudah hilang karena ulah manusia, yang pada gilirannya akan menggerus pantai.

Terumbu karang juga merupakan pemecah gelombang alami, sehingga sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam mempertahankan garis pantai.

Pantai Senggigi adalah tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tetapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah ditengah. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang berharga ekonomis.

Sekitar setengah jam dengan berjalan kaki, para wisatawan dapat menjumpai Batu Bolong di pantai ini. Ini adalah sebuah pura yang dibangun di atas karang yang terletak di tepi pantai. Menurut legenda masyarakat setempat dahulu kala sering diadakan pengorbanan seorang perawan untuk dimakankan kepada ikan hiu di tempat ini. Legenda lain mengatakan dahulu banyak para wanita yang menerjunkan diri dari tempat ini ke laut karena patah hati. Dari tempat ini juga terlihat Gunung Agung di Pulau Bali.

Tidak jauh dari Batu Bolong terdapat makam seorang ulama. Ini merupakan tempat suci bagi para penganut Wetu Telu.

Pantai Senggigi, yang terletak di sebelah utara Bangsal, merupakan pantai yang paling populer dan sudah terkenal akan keindahannya. Pantai yang terletak 12 kilometer dari sebelah barat laut Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Lombok ini, terbentang hampir sepanjang 10 km dengan hamparan pasir putih yang seolah menggoda Anda untuk duduk diatasnya dan untuk sejenak melupakan segala rutinitas hidup Anda, kepadatan lalu lintas kota, dan menghirup udara segar dengan menikmati pemandangan air laut yang berwarna biru gradasi hijau serta menikmati indahnya matahari terbenam di pantai Senggigi.

Pantai di Bali

Pantai Kuta (pantai berpasir putih)

Pantai yang paling terkenal di Bali. Wisatawan yang berlibur di Bali tidak akan pernah lupa untuk berkunjung ke pantai Kuta, terutama pada saat matahari akan terbenam. Pantai Kuta merupakan salah satu tempat di Bali untuk melihat panorama terbenamnya matahari selain Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot atau pantai Jimbaran. Dapat kita bayangkan setiap hari terutama pada sore hari pantai Kuta akan penuh dengan wisatawan domestic maupun mancanegara, menantikan matahari terbenam, berenang, atau sekedar jalan-jalan di sepanjang bibir pantai. Yang membuat pantai ini juga terkenal adalah ombaknya yang cukup tinggi untuk melakukan olah raga air terutama berselancar (surfing). Tidak heran kalau disepanjang pantai dapat dengan mudah kita menjumpai papan selancar yang disewakan. Anda mau mencoba?

Pantai Legian dan Seminyak (pantai berpasir putih)

Terletak di utara pantai Kuta, pantai ini memberikan nuansa yang sama dengan pantai Kuta. Hanya saja karena lokasinya agak jauh dari pusat Kuta, pengunjung pantai Legian dan Seminyak tidak sebanyak di pantai Kuta. Namun tidak ada salahnya kalau anda suka tempat yang tidak terlalu ramai, pantai ini merupakan pilihan tepat untuk sekedar duduk-duduk menikmati suasana sore pantai Legian dan Seminyak.

Pantai Jimbaran (pantai bepasir putih)

Pantai yang indah dengan pemandangan yang agak berbeda dengan pantai Kuta, Legian atau Seminyak kecuali panorama matahari terbenamnya. Terlihat di kejauhan banyak perahu tradisional sedang menangkap ikan dan juga ada perahu tradisional yang disewa oleh para wisatawan yang berselancar karena ombak yang ideal untuk berselancar letaknya agak jauh, bukan di pantai seperti halnya pantai Kuta. Di ujung utara pantai Jimbaran ada pasar ikan yang menjual berbagai jenis ikan segar. Pantai Jimbaran juga sangat terkenal dengan restorannya dengan menu khas masakan laut. Ada sekitar 24 restoran di pantai Jimbaran yang tidak pernah sepi dengan pengunjung yang ingin menikmati hidangan masakan laut sekaligus panorama pantai yang indah.

Pantai Uluwatu, Dreamland dan Padang-padang (pantai berpasir putih)

Pantai yang indah dengan ombaknya yang tinggi. Setiap hari kita akan melihat para surfer atau peselancar lalu lalang menuju ketiga tempat ini untuk menyalurkan hobi mereka.

Pantai Nusa Dua (pantai berpasir putih)

Daerah selatan pulau Bali juga mempunyai pantai yang exotis, salah satunya adalah pantai Nusa Dua. Tidak mengherankan karena hampir semua hotel disepanjang pantai ini adalah luxury hotel atau hotel mewah yang berbintang lima.

Pantai Sanur (pantai berpasir putih)

Daerah Sanur merupakan daerah/desa wisata pertama yang berkembang di Bali, dan sampai saat ini kita masih dapat melihat dan merasakan suasana damai pedesaan dibandingkan dengan daerah wisata yang lain. Pantai Sanur merupakan pantai yang landai yang sangat ideal untuk berenang, bermain atau sekedar berjalan-jalan mencari kerang laut terutama pada saat air surut kita bisa berjalan sampai jauh ke dalam sekitar 400 meter dari bibir pantai.

Pantai Tanjung Benoa (pantai berpasir putih)

Pantai ini sangat terkenal dengan aktivitas olah raga airnya seperti parasailing, windsurfing, glass bottom boat, waterskiing, jet ski dan masih banyak lagi. Dan kalau anda ingin mengunjungi pulau penyu, dimana kita bisa melihat banyak tempat penangkaran penyu, aktivitas tersebut umumnya dimulai dari Pantai Tanjung Benoa denga menggunakan boat yang bagian bawahnya terdapat kaca sehingga dengan mudah kita bisa melihat biota laut.

Pantai Candi Dasa (pantai berpasir putih).

Sekitar 2 jam perjalanan menuju timur pulau Bali, anda akan menjumpai daerah wisata yang cukup terkenal yaitu Candi Dasa dengan pantainya yang mempesona. Kegiatan yang umumnya dilakukan di daerah ini adalah snorkeling dan diving.

Pantai Amed dan Tulamben (pantai dengan pasir hitam dan berbatu)

Tidak banyak yang bisa kita lakukan di sepanjang pantai ini karena sangat kering dan berbatu, namun pemandangan bawah lautnya sangat menawan dan juga keramah-tamahan penduduk lokalnya membuat pantai ini banyak dikinjungi wisatawan.

Pantai Lovina (pantai berpasir hitam)

Pantai yang sangat terkenal di utara pulau Bali dimana kita bisa melihat lumba-lumba/dolphin di alam bebas mereka.

Pantai Raja Ampat yang Mempesona

Raja Ampat — By PasirPantai.com on September 7, 2009 at 3:02 pm
<p>Your browser does not support iframes.</p>

bira

Sejumlah turis tampak asyik bersantap dan mengobrol santai sambil memandang lepas ke arah laut yang didominasi warna biru, hijau, dan putih. Warna-warna itu muncul karena pengaruh dari hamparan terumbu karang di dasar laut yang dangkal maupun dalam. Mereka sedang menikmati makan siang di Papua Diving Resort, perairan f Irian Jaya Barat.

Teriknya matahari dan cerahnya udara justru membuat gemas para tamu untuk kembali menyelam dan menyelam. Cahaya matahari kerap menembus celah-celah gelombang laut sampai ke karang. Keelokan pemandangan dan biota lautnya memang membuat kesan mendalam bagi para wisatawan. Bagi pencinta wisata pesisir dan bawah air yang fanatik, Raja Ampat sangat dikenal bahkan dinilai terbaik di dunia untuk kualitas terumbu karangnya.

Banyak fotografer bawah laut internasional mengabadikan pesona laut Raja Ampat. Bahkan ada yang datang berulang kali dan membuat buku khusus tentang keindahan terumbu karang dan biota laut kawasan ini. Pertengahan 2006 lalu, tim khusus dari majalah petualangan ilmiah terkemuka dunia, National Geographic, membuat liputan di Raja Ampat yang akan menjadi laporan utama pada 2007.

Sebanyak 610 Pulau

Raja Ampat adalah pecahan Kabupaten Sorong, sejak 2003. Kabupaten berpenduduk 31.000 jiwa ini memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang dihuni) dengan luas wilayah sekitar 46.000 km2, namun hanya 6.000 km2 berupa daratan, 40.000 km2 lagi lautan. Pulau-pulau yang belum terjamah dan lautnya yang masih asri membuat wisatawan langsung terpikat. Mereka seakan ingin menjelajahi seluruh perairan di “Kepala Burung” Pulau Papua.

Wilayah ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan cara mengebom dan menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk yang berupaya melindungi kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa diselamatkan. Terumbu karang di laut Raja Ampat dinilai terlengkap di dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan ini. Ditemukan pula 1.104 jenis ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan 537 jenis hewan karang. Luar biasa.

Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II, sejak 2005. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan melibatkan penduduk lokal. Nelayan juga dilatih membudidayakan ikan kerapu dan rumput laut.

Eksotis

Papua Diving, satu-satunya resor eksotis yang menawarkan wisata bawah laut di kawasan itu, didatangi turis-turis penggemar selam yang betah selama berhari-hari bahkan hingga sebulan penuh mengarungi lekuk-lekuk dasar laut. Mereka seakan tak ingin kembali ke negeri masing-masing karena sudah mendapatkan “pulau surga yang tak ada duanya di bumi ini”.

Pengelolanya tak gampang mempersiapkan tempat bagi wisatawan. Maximillian J Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort yang juga pionir penggerak wisata laut kawasan ini, harus mati-matian menyiapkan berbagai fasilitas untuk menarik turis dari mancanegara. Sejak memulai usahanya delapan tahun lalu, banyak dana harus dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan. Setiap tahun resor ini dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan waktu rata-rata dua pekan.

Penginapan sangat sederhana yang hanya berdinding serta beratap anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp 900.000 semalam. Jika ingin menyelam harus membayar 30 euro atau sekitar Rp 360.000 sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Kebanyakan wisatawan datang dari Eropa. Hanya beberapa wisatawan asal Indonesia yang menginap dan menyelam di sana.

“Turis menyelam hampir setiap hari karena lokasi penyelaman sangat luas dan beragam. Keindahan terumbu karangnya memang bervariasi sehingga banyak pilihan dan mengundang penasaran. Ada turis yang sudah berusia 80 tahun masih kuat menyelam,” tutur Max Ammer yang beristrikan perempuan Manado.

Tiga tahun lalu, Papua Diving membangun penginapan modern tak jauh dari lokasi pertama. Ternyata, penginapan yang dibangun dengan mengandalkan bahan bangunan lokal ini hampir selalu penuh dipesan. Padahal tarifnya mencapai 225 euro atau sekitar Rp 2,7 juta per malam. Di lokasi yang baru, dilengkapi peralatan modern, termasuk fasilitas telepon internasional dan internet.

Turis ke Raja Ampat hanya ingin ke Papua Diving di Pulau Mansuar karena fasilitas dan pelayannya sudah berstandar internasional, juga makanannya. Mereka mendarat di Bandara Domne Eduard Osok, Sorong, langsung menuju lokasi dengan kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang yang tarifnya Rp 3,2 juta sekali jalan. Perlu waktu sekitar 3-4 jam untuk mencapai Mansuar.

Seperti pulau lainnya, Mansuar tampak asri karena hutannya masih terjaga dan air lautnya pun bersih sehingga biota laut yang tidak jauh dari permukaan bisa terlihat jelas. Turis cukup berenang atau ber-snorkelling untuk melihat keindahan laut, sedangkan jika ingin mengamati langsung kecantikan biota laut di kedalaman, mereka harus menyelam.

Merasa Aman

Warga lokal dilibatkan dalam pembangunan dan pengelolaan resor, bahkan 90 dari 100 karyawannya adalah warga Papua. Penduduk juga memasok ikan, sayur-mayur, buah-buahan, dan lainnya. Salah satu paket wisatanya mengunjungi perkampungan untuk melihat tanaman dan hewan khas setempat, termasuk burung Cendrawasih. Banyak wisatawan yang menjadi donatur pembangunan gereja dan pendidikan anak-anak sekitar Man- suar.

Max Ammer mempunyai komitmen untuk meningkatkan ekonomi dan keterampilan warga setempat. Mereka ada yang dilatih berbahasa asing dan menggunakan peralatan selam. Wisatawan pun merasa aman di kala siang maupun malam saat menikmati terik dan tenggelamnya matahari maupun saat berenang dan menyelam di laut yang sangat dalam.

Selain kelautan dan perikanan, Raja Ampat memiliki kekayaan sumber daya alam, antara lain minyak bumi dan nikel. Di dasar lautnya juga banyak terdapat kapal-kapal karam bekas Perang Dunia II yang diperkirakan memuat “harta karun” bernilai tinggi. Namun, jika salah kelola, kegiatan eksploitasi semua itu dikhawatirkan mengancam kelestarian dan keindahan alam lautnya.

 

Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Sejarah

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.

Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.

Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu. Bukti-bukti yang ditemukan, memperkuat dugaan, bahwa kekuatan letusan dan gelombang lautnya sempat memusnahkan kehidupan di Atlantis.

Danau Maninjau adalah sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Danau ini terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang, ibukota Sumatera Barat, 36 kilometer dari Bukittinggi, 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam.

Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. Cekungannya terbentuk karena letusan gunung yang bernama Sitinjau (menurut legenda setempat), hal ini dapat terlihat dari bentuk bukit sekeliling danau yang menyerupai seperti dinding. Menurut legenda di Ranah Minang, keberadaan Danau Maninjau berkaitan erat dengan kisah Bujang Sembilan.

Danau Maninjau merupakan sumber air untuk sungai bernama Batang Sri Antokan. Di salah satu bagian danau yang merupakan hulu dari Batang Sri Antokan terdapat PLTA Maninjau. Puncak tertinggi diperbukitan sekitar Danau Maninjau dikenal dengan nama Puncak Lawang. Untuk bisa mencapai Danau Maninjau jika dari arah Bukittinggi maka akan melewati jalan berkelok-kelok yang dikenal dengan Kelok 44 sepanjang kurang lebih 10 km mulai dari Ambun Pagi sampai ke Maninjau.

Danau ini tercatat sebagai danau terluas kesebelas di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km² yang berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Solok. Di sekitar Danau Maninjau terdapat fasilitas wisata, seperti Hotel(Maninjau Indah Hotel, Pasir Panjang Permai) serta penginapan dan restoran. Penginapan yang paling terkenal adalah Arlen Paradise yang merupakan milik dari Jiddah Rudi Kurniawan

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!